Monday, 30 May 2016

Makalah pembuangan nun

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Membuang nun menjadi tanda i’rab nashab itu berada pada fi’il yang tatkala di baca rafa’ dengan tetapnya nun, yaitu pada af’al khomsah. Af’al khomsah itu dirafa’kan dengan nun dinashabkan dan dijazemkan dengan membuang (menghilangkan nun) huruf nun-nya.

B.     Rumusan Masalah
a)      Bagaimana tanda rafa’ nun ?
b)      Apa saja yang harus diperhatikan dalam menghilangkan nun?


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Tanda rafa’ nun
Nun menjadi tanda i’rab rafa’ itu berada pada satu tempat, yaitu pada fiil mudlari’ yang bertemu dengan dlamir alif tasniyah atau dlamir wawu jama’ atau dlamir yang muannatsah mukhathabah.
Contohnya:  
1)      Fiil mudlari’ yang bertemu dengan dlamir alif tasniyah
Seperti: تَنْصُرَانِ – يَنْصُرَانِ
2)      Fiil mudlari’ yang bertemu dengan dlamir wawu jama’
Seperti: تَنْصُرُوْنَ – يَنْصُرُوْنَ
3)      Fiil mudlari’ yang bertemu dengan dlamir ya’muannatsah mukhathab.
Seperti: تَنْصُرِيْنَ[1]

I’rab af’alul khomsah ada tiga, yaitu:
1)      Di-rafa’kan dengan (tetapnya nun), seperti:
يَفْعُلاَنِ – تَفْعُلَانِ – تَفْعُلِيْنَ – يَفْعَلُوْنَ – تَفْعُلُوْنَ
2)      Di-nashabkan dengan membuang nun, seperti:
لَمْ يَفْعُلَا – لَمْ تَفْعُلَا – لَمْ يَفْعُلُوْا – لَمْ تَفعُلُوْا – لَمْ تفْعُلِى
3)      Di-jazemkan dengan membuang nun, seperti:
لَمْ يَضْرِبَا – لَمْ تَضْرِبَا – لَمْ يَضْرِبُوْا – لَمْ تَضْرِبِى
Maka membuang nun tanda rafa’ secara pasti diharuskan pada af’alul khomsah bila mana di-jazemkan. Apabila ada fi’il mudhari’ isnad pada dhamir, ketika ketemu nun taukid, nun rafa’nya juga dikira-kira.[2]




B.     Pembuangan Nun
1)      Contoh pembuangan nun:
a)      Kalimat (أَنْ) jika bertemu dengan (لاَ) maka ditulis menyambung (أَلاْ).
b)      Kalimat (مِنْ) jika bertemu dengan (ما) maka ditulis menyambung (مما).
c)      Kalimat (عن) jika bertemu dengan (ما) maka harus ditulis menyambung (عما).
d)      Kalimat (أَنْ) jika bertemu dengan (ما) maka harus ditulis menyambung (أما).
e)      Kalimat (إِنْ) jika bertemu dengan (ما) maka harus ditulis menyambung (إما).

2)      Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menghilangkan nun :
a)      Membuang kata pada (من) dan (عن) Apabila masuk pada (ما), atau (من). Contoh: مِمَّا , مِمَّنْ ، عَمَّنْ
b)      Dan ketika (inn syartiyah) apabila jatuh setelahnya (ما) zaidah seperti firman Allah ta’ala:   إِمَا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الكِبْرَأَحْذَ هُمَا أَوْ كِلَا هُمَاatau jatuh setelahnya (laa nafiyah) seperti firman Allah ta’ala: {إلا تنصروه فقد نصرهالله}. Dan ucapan Akhwas: {فطلقها فسلت لها بكفء وإلا يعل مفر قك الحسام}.
c)      Dan ketika (أن المصدرية النا صبة) apabila jatuh setelahnya (ما) sebagaimana dalam contoh: أَمَّا أَنْتَ مُنْطِلَقًا اَنْطَلَقَتْ atau jatuh setelahnya (لا) sama halnya dengan nafiyah. Contoh: عسى ألا يمرض atau zaidah. Seperti firman Allah ta’ala:
 " أى أن تتبعن" .[3]  "لئلا يعلم أ هل الكتاب" ، "أى لأن يعلم" ، "ما منعك إذ رأيتهم ضلوا ألا تتبعن




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Nun menjadi tanda i’rab rafa’ yang berada pada satu tempat, yaitu pada fiil mudlari’ yang bertemu dengan dlamir alif tasniyah atau dlamir wawu jama’ atau dlamir yang muannatsah mukhathabah.
Maka membuang nun tanda rafa’ secara pasti diharuskan pada af’alul khomsah bila mana di-jazemkan. Sedangkan membuang nun dilakukan ketika (inn syartiyah) apabila jatuh setelahnya (ما) zaidah dan atau jatuh setelahnya  (laa nafiyah).
B.     Saran
Sebagai pembaca dan pendengar, penulis harap pembaca memahami cara menghilangkan nun dalam kalimat. Dan penulis sadar kekurangan dalam makalah ini. Maka, penulis berharap saran dan kritik yang membangun.



Jawaban dan Pertanyaan
1.      Jelaskan hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuang nun dalam kalimat ?
a)      Ketika akan membuang nun dalam sebuah kalimat yang bertemu dengan kata  (من) dan (عن)  , apabila masuk pada (ما)  atau (من). Misalnya jadi seperti : عمن , ممن dan مما .
b)      Ketika (inn syartiyah) jatuh setelah  (ما) zaidah atau dalam firman Allah :
إما يبلغن عندك الكبر أحد هما  atau jatuh setelahnya (laa nafiyah) seperti firman Allah :
أوكلا هما إلا تنصروه فقد نصره الله
c)      Dan ketika (inn masdariyah annasibah) apabila jatuh setelah (ما) seperti dalam contoh : أما أنت منطلق انطلقت atau jatuh setelah (لا) sama halnya dengan nafiyah. Yaitu seperti dalam contoh : عسى ألا يمرض
2.      Bagaimana contoh fi’il mudhori’ isnad pada dhomir ketika ketemu nun taukid ?
تفعلون , يفعلون contoh :
3.      Bagaimana penambahan huruf nashab dan jazm?
ان يفعلوا  Dinashabkan :
لم يفعلوا Dijazmkan :


Daftar Pustaka
Al Aziz Senali. Moh. Saifullah. 2005. Metode Pembelajaran ILMU  Nahwu. Surabaya : Terbit Terang
Muhammad Harun, Abdus Salam. Qowaidul Imla’.
Sunarto, Achmad. 2012. Ilmu Nahwu. Surabaya : Al-Miftah




[1] Achmad sunarto, ilmu nahwu,(Surabaya: Al-miftah, 2012) hlm. 27
[2] Moh. Saifullah Al Aziz Senali, metode pembelajaran ILMU NAHWU, (Surabaya: Terbit Terang, 2005) hlm. 87
[3]Abdus Salam Muhammad Harun, Qowaidul Imla’, hlm. 33-34

No comments:

Post a Comment