Saturday 17 October 2015

Mengenal Allah


MENGENAL ALLAH

Di Susun Guna Memenuhi Tugas Study Islam

Dosen Pengampu:

Ida Nurul Farida, M.Pd.



Oleh:

Syifa Fitri Choirulloh  (23010150064)

Ir’addin                       (23010150067)

M.Ainnu Rofiq            (23010150073)

Samsul Ma’ari f           (23010150070)

M.Amar Syahid          (23010150045)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM (PAI)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI

SALATIGA

2015

BAB I

A.Latar Belakang

            Tak kenal maka tak sayang, demikian bunyi pepatah. Banyak orang mengenal Allah, akan tetapi pernahkah kita mengukur sejauh mana pengetahuan dan pengenalan kita kepada-Nya? Cukupkah mengenalnya dengan mengetahui dan menghafal nama-nama dan sifat-sifat-Nya? Mengetahui dan menghafalnya merupakan sebagian dari pengenalan kita kepada Allah, akan tetapi ada yang lebih penting, yaitu apa dan bagaimana sikap kita terkait dengan nama dan sifat itu.

                Lalu bagaimana kita dapat mengenali Allah dengan sebenar benar nya? Pengenalan yang sesungguhnya adalah apabila pengetahuan kita tentang sifat-sifat dan nama-nama Allah itu kemudian di barengi dengan penyikapan yang benar dan proporsional.

            Mengenali Allah menjadi sangat penting karena banyak sekali dalil sangat kuat yang telah membuktikan keberadaan,sifat-sifat, dan nama-nama-Nya, baik dalil naqli, dalil aqli maupun dalil fitri yang tak terbantahkan. Kalau dalil-dalil yang menunjukan keberadaan dan kekuasaan-Nya demikian banyak dan kuat, berarti kita ketinggalan informasi bila masih belum mengenal-Nya.

                Dan manfaat yang kita rasakan dengan mengenal Allah itu adalah di akhirat, di mana kita akan mendapatkan surga dan keridhaan-Nya. Tidak ada suatu kenikmatan yang sebanding apalagi melebihi kenikmatan di akhirat itu. Yaitu ketika seorang hamba dimasukkan kedalam surga dan mendapatkan  keridhaan Allah swt. Semoga kita termasuk orang-oran yang mengenal Allah dengan baik, supaya kehidupan kita lebih baik dan pada akhirnya kita mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat di bawah naungan rahmat dan ridho-Nya, Amin.



B.Rumusan Masalah

1.Bagaimana cara mengenal Allah ?

2.Apa saja hal-hal yang menghalangi makrifatullah ?

3.Apa bukti keberadaan Allah ?




BAB II

PEMBAHASAN



A.Cara Mengenal Allah

            Makrifatullah adalah bahasa arab yang terdiri dari dua kata, yaitu Makrifat dan Allah. Makrifat berarti mengetahui, mengenal. Mengengenal Allah yang di ajarkan kepada Manusia adalah mengenal melalui hasil penciptaannya bukan melalui zat Allah. Karena akal kita memiliki keterbatasan untuk memahami seluruh ilmu yang ada di dunia ini, apalagi zat Allah.

            Makrifatullah merupakan ilmu tertinggi yang harus di pahami oleh manusia. Hakikat ilmua adalah memberikan keyakinan kepada orang yang mendalamiya. Memahami makrifatullah juga akan mengeluarkan manusia dari kegelapan, kebodohan, kepada cahaya yang terang yaitu keimanan. (Qs : Al-luqman(31):18).

            Apabila pengaruh positif dari mengenal Allah diketahui, tentu manusia akan berlomba-lomba untuk mengenal-Nya lebih jauh. Karena itu, orang yang beriman selalu berusaha mengenali tuhannya secara baik. Namun Allah itu bersifat gaib dan tidak terjangkau oleh indra kita, sehingga upaya untuk mengenal-Nya lebih jauh dari itu tidak dapat di lakukan secara baik, jika hanya mengandalkan pengamatn indrawi. Lantaran kegaiban, kesempurnaan, dn keagungan-Nya melalui ayat-ayat-Nya. Adapun ayat-ayat atau tanda-tanda keberadaan, keagungan, dan kekuasaan Allah itu, secara global dapat di klasifikasikan menjadi dua bagian yaitu ayat-ayat qauliyah (ucapan), berupa firman-firman-Nya dalam kitab suci yan telah di wahyukan kepada para nabi dan rosul, dan ayat-ayat kauniyah (fenomena alam), yaitu tanda-tanda kekuasaan-Nya yang terbesar di alam semesta ini.

            Menurut pendapat Syeikh Ahmad Arifin berpendapat bahwa setiap yang ada pasti dapat di kenal, dan hanya yang tidak ada yang tidak bisa di kenal. Karena Allah adalah zat yang wajib al-wujud yaitu zat yang wajib adanya, tentulah Allah dapat di kenal, dan kewajiban pertama bagi setiap muslim adalah mengenal kepada yang di sembahnya, barulah ia beruat ibadah sebagai mana sabda nabi:

أَوَلُ الدِّيْنِ مَعْرِفَةُ اللهِ

            Artinya: “Pertama sekali di dalam Aganma adalah mengenal Allah

Kenalilah dirimu sebagaimana sabda nabi Muhammad:

مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ وَمَنْ عَرَفَ رَبَّهُ فَسَدَ جَسَدَهُ

        Artinya: Barang siapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya dan barang siapa mengenal Tuhannya maka binasalah (fana) dirinya.

            Lalu dari mana yang wajib kita kenal? Sesungguhnya diri kita terbagi dua. Sebagai firman Allah dalam surat Luqman ayat 20:

وَأَسْبَغَ عَليْكُمْ نِعَمَهُ ظَهِرَةً وَبَاطِنَةً

            Artinya: Dan Allah telah menyempurnakan bagimu nikmat zhahir dan nikmat batin.

Jadi dari berdasarka ayat di atas, diri kita terbagi menjadi dua:

  1. Diri zhahir yaitu diri yang dapat dilihat oleh mata dan bisa diraba oleh tangan.
  2. Diri batin yaitu yang tidak dapat di pandang oleh mata dan tidak dapat di raba oleh tangan, tetapi dapat di rasakan oleh mata hati. Adapun dalil mengenai terbaginya diri manusia karena sedmikian pentingnya peran diri yang batin inidi dalam upaya untuk memperoleh pengenalan kepada Allah, itulah sebabnya kenapa kita di suruh melihat kedalam diri (introspeksi diri) sebagaimana firman Allah dalam surat az-zariyat 21:
    وَفِى اَنْفُسِكُمْ اَفَلاَ تُبْصِرُوْنَ
    Artinya: Dan di dalam diri kamu apakah kamu tidak memperhatikannya.

Allah memerintahkan kepada manusia untuk memperhatikan kedalam dirinya di sebabkan karena  didalam diri manusia itu Allah telah menciptakan sebuah mahligai yang mana di dalamnya Allah telah menanamkan rahasia-Nya. Sebagaimana sabda nabi dalam hadist hudsi:

بَنَيْتُ فِى جَوْفِ اِبْنِ آدَمَ قَصْرًا وَفِى الْقَصْرِ صَدْرً وَفِى الصَّدْرِ قَلْبًا وَفِى الْقَلْبِ فُؤَادً وَفِى الْفُؤَادِ شَغْافًا وَفِى الشَّغَافِ لَبًّا وَفِى لَبِّ سِرًّا وَفِى السِّرِّ أَنَا (الحديث القدسى)

            Artinya: “Aku jadikan dalam rongga anak adam itu mahligai dan dalam mahligai itu ada dada dan dalam dada itu ada hati (qolbu) namanya dan dalam hati(qolbu) ada mata hati (fuad) dan dalam mata hati (fuad) itu ada penutup mata hati (saghaf) dan di balik penutup mata hati (saghaf) itu ada nur/cahaya (labban), dan di dalam nur/cahaya (labban) ada rahasia (sirr) dan di dalam rahasia (sirr) itulah Aku kata Allah”.(Hadist Qudsi).

            Bagaimanakah maksud hadis ini? Tanyalah kepada Ahlinya, yaitu ahli zikir, Sebagaimana firman Allah dalam surat An-nahl ayat 43:

فَاسَئَلُوْا أَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لاَتَعْلَمُوْنَ

        Artinya: Tanyalah kepada Ahli dzikrullah (Ahlu Sufi) kalau kamu benar-benar tidak tahu.

            Karena Allah itu ghaib, maka perkara ini termasuk, perkara yang dilarang untuk menyampaikannya dan haram pula  di paparkan kepada yang bukan ahlinya (orang awam), sebagaimana dikatakan para sufi:

وَلِلَّهِ مَحَارِمٌ فَلاَ تَهْتَكُوْهَا

            Artinya: Bagi Allah itu ada beberapa rahasia yang di haramkan membukannya kepada yang bukan Ahlinya.

            Oleh karena itu, agar kita dapat mengenal Allah, maka kita harus mempunyai pembimbing rohani atau mursyid. Tentang ini Abu Ali ats-Tsaqafi berkata,”Seandainya seseorang mempelajari jenis ilmu dan berguru kepada banyak ulama, maka dia tidak sampai ketingkat para sufi kecuali dengan melakukan latihan-latihan spiritual bersama seorang syeikh yang memiliki akhlak luhur dan dapat memberinya nasehat-nasehat.



B.Hal-Hal yang Menghalangi Makrifatullah

            Mengenal Allah atau makrifatullah akan sangat menentukan kesalehan dan kebaikan seseoran di dunia maupun di akhirat. Kebaikan dan kesalehanya berbanding lurus dengan tingkat pengenalanya kepada Allah itu. Semakin mengenal Allah, semakin ssaleh dan semakin baik amal seseorang. Sebaliknya, semakin buruk amal seseorang, itu menunjukan bahwa ia tidak mengenal tuhanya dengan baik.

            Imam Ibnu Qayyim dalam kitab Al-Fawa’id mengatakan bahwa apabila seoran hamba telah bertekat untuk mengenal Allah, mendekat kepada-Nya, dan mengikuti kehendaknya, ia akan digoda dan dihadang oleh berbagai tipu daya dan penghalang, sehingga di awal perjalanannya, ia akan terhambat dan tertipu oleh berbagai kesenangan, kekuasaan, kelezatan, pakaian, nafsu, dan sejenisnya. Ulama yan sangat terkenal dengan karya-karya ilmiyah ini kemudian berkata:

            “Bila dilihat dari sumber dan penyebabnya, hal-hal yang menghalangi makrifatullah itu ada dua macam: Pertama, Syahwat, atau penyakit-penyakit nafsu, yaitu penyakit-penyakit yang kaitannya dengan hati, seperti nafsu dan kesenangan. Kedua: Syubuhat atau penyakit-penyakit intelektual, yaitu informasi-informasi yang dan pikiran yan menimbulkan keraguan. Apabila seseorang terjangkiti oleh penyakit-penyakit itu, akan sulit baginya untuk mengenal tuhanya.”

            Sesungguhnya Allah swt, sangat dekat dengan diri manusia, bahkan lebih dekat dari urat lehernya, tetapi kenapa terasa jauh dan sulit untuk mengenalnya, karena di dalam diri manusia ada dinding yang tebal, dan berikut ada hal-hal yang mengalang-halangi  kita mengenal Allah Antara lain:

  1. Al kibr (Kesombongan), seperti yang telah di sebutkan di dalam Alqur’an yaitu ( Qs : 25 : 21 )

  • Sombong disini adalah sombong yang dapat menghalangi kita dari makrifatullah yaitu ketika kita menolak kebenaran dan mremehkan orang lain.

  1. Penyakit syahwah (penyakit hati) yang mnghalangi pengenalan kita kepada Allah adalah

  • Al-fisq (kefasikeran) lawan dari al-adalah (keadilan), al adala dan alfasiq berkaitan dengan kredibitas moral. Orang yang adil dalam kortek ini adalah orang yang tidak tercela. Orang fasiq adalah orang yang ternoda kehormatan, harga diri, kewibawaan serta kredibilitas moral dan sosialnya akibat kemaksiatan yang ia lakukan

  1. Taklid buta (sikap meniru tanpa berpikir), ( Qs :2:166-167)
  2. Keras kepala dan menantang ( Qs: 22:8-9)
  3. Bersandar pada panca indra ( Qs: 2-55)
  4. Dusta ( Qs: 7:176)
  5. Ragu-ragu ( Qs: 6:109-110).

  • Tanda-tanda dan indikasi penyakit ini adalah apabila seseorang tidak menampakkan identitas dan kepribadian yang jelas, apakah agama dan keyakinannya, apakah ia muslim atau non-Muslim, karena tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan keyakinan dan keislaman.

  1. Banyak berbuat maksiat atau (Al-Ma’ashi) lawan dari ketaatan.

  • Orang yang bermaksiat adalah orang yang tidak melanggar batas-batas hukum Allah. Namun bagaimana juga, Allah akan mengampuni dosanya sebelum matahari belum terbit dari barat. Dia Allah swt. Maha pengampu lagi maha
    penyayang.

  1. Yang terakhir adalah Al-jahl (kebodohan). Karena itu, islam memerangi kebodohan dan menjunjung tinggi ilmu dan ulama (orang-orang yang berilmu). Bahkan wahyu yang pertama kali turun adalah perintah untuk melakukan hal yang dapat menghilangkan kebodohan.

Penyakit-penyakit intelektual bermula dari ketidaktahuan (kebodohan). Karena itu, penyembuhannya adalah dengan menghilangkan firusnya, yaitu kebodohan. Kalau penyakit-penyakit hati di berantas dengan jihad (memerangi hawa nafsu) penyakit-penyakit intelektual di perangi dengan ilmu,membaca, belajar dan mengaji. Semoga kita dapat memerangi nafsu kita dan tidak bosan untuk belajar dan belajar lagi, membaca dan membaca lagi. Dengan itu iman kita akan menjadi kuat dan kokoh.[2]

C.Bukti Keberadaan Allah.

            Banyak pakar yang memperdebatkan masalah ini, banyak bahkan yang mengkaji ulang perihal masalah yang satu ini, ilmu sekarang betul-betul telah berkembang dan digunakan untuk menafsir, memperkirakan bahkan memberi kejelasan tentang bukti adanya Allah, namun ketahuilah wahai sahabat ku sekalian semua itu bersumber dari dia maha pencipta, kau kuat karena dia yang maha kuat, kau hidup karena dia yang maha hidup, bahkan kau cerdas dan intelek semuanya tiada lain bersumber dari-Nya. Nah oleh karena itu mari sejenak berfikir dan merenung untuk mengingatnya, selanjutnya saya akan memberi sedikit ilmu pikir dan pengalamannya.

            Adanya Allah swt adalah suatu yang bersifat aksiomatik (sesuatu yang kebenarannya telah di akui). Namun, di sini akan kemukakan dalil-dalil yang menyatakan wujud (adanya) Allah swt, untuk memberikan pengertian secara rasional. Mengimani wujud Allah swt ,wujud Allah telah di buktikan oleh fitrah, akal, syara’ dan indera.

1.Dalil fitrah

            Manusia diciptakan dengan fitrah bertuhan, sehingga kadangkala disadari atau tidak naluri berketuhanannya itu akan bangkit. Firman Allah:

            “Dan (ingatlah), ketika tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):”Bukanlah aku ini tuhanmu?”mereka menjawab:”Betul (Engkau tuhan kami), kami menjadi saksi”. (al-A’raf:172). Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka, niscaya mereka menjawab:”Allah”, maka dari manakah mereka dapat dipalingkan (dari penyembah Allah), (az-Zukhruf:87).

Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, dan sesungguhnya kedua orang tuanyalah yang menjadikannya yahudi, Nasrani atau Majusi (HR. Al Bukhari). Ayat dan hadist tersebut menjelaskan kondisi fitrah manusia yang bertuhan. Ketuhanan ini bisa difahami sebagai ketuhanan Islam, karena pengakuannya bahwa Allah swt adalah Tuhan.

2.Dalil Inderawi

            Bukti inderawi tentang wujud Allah swt dapat di jelaskan melalui dua fenomena:

  1. Fenomena pengabulan do’a
    Kita dapat mendengar dan menyaksikan  terkabulnya do’a orang-orang yan berdo’a serta memohon pertolongan –Nya yang di berikan kepada orang-orang yang mendapat musibah. Hal ini menunjukan pasti tentang wujud Allah swt. Allah berfirman;
    “Dan (ingatlah kisah Nuh), sebelum itu ketika dia berdoa, dan kami memperkenankan do’anya,lalu kita selamatkan dia beserta keluarga dari bencana yang besar.”(Al Anbiya:76).
                Anas bin Malik Ra berkata,”Pernah ada seorang badui datang pada hari jum’at. Pada waktu nabi saw tengah berkotbah. Lelaki itu berkata “Hai Rasul Allah, harta benda kami telah habis, seluruh warga telah kelaparan. Oleh karena itu memohonkanlah kepada Allah swt untuk mengatasi kesulitan kami.” Rosulullah itu mengangkat kedua tangannya dan berdoa. Dan Tiba-tiba awan mendung bertebaran bagaikan gunung-gunung. Rosulullah  belum turun dari mimbar, hujan turun membasahi jenggotnya. Pada jum’at yang kedua, orang badui atau orang lain berdiri dan berkata,”Hai Rosul Allah, bangunan kami hancur dan harta bendapun tenggelam, doakanlah akan kami ini (agar selamat) kepada Allah.”Rasulullah lalu mengangkat kedua tangan nya, seraya berdoa:’Ya Robbku,turunkanlah hujan di sekeliling kami dan jangan Engkau turunkan sebagai bencana bagi kami.”Akhirnya beliau tidak mengisyaratkan pada suatu tempat kecuali menjadi terang (tanpa hujan).

3.Dalil Naqli

Dalil Naqli adalah dalil pembuktian akan keberadaan dengan merujuk petunjuk kitab suci. Dengan fitrah manusia bisa mengakui adanya tuhan, dan dengan akal pikiran juga manusia bisa membuktikannya, namun manusia perlu memerlukan dalil naqli (Alqur’an dan Sunnah) untuk membimbing manusia kejalan yang sesungguhnya. Dengan segala asma dan sifatnya, sebab akal dan fitrah tidak bisa menjelaskan siapa tuhan yang sebenarnya itu.

            Cukup banyak pembahasan tentang Allah swt dalam Alqur’an dan sunnah, hanya saja di sini dikemukakan point tentingnya saja, yaitu:

  1. Allah adalah Al-Awwal, yaitu tidak ada permulaan bagi wujud-Nya, dan juga Al-Akhir, yaitu tidak ada akhir dari wujudnya:
    هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
    Artinya:” Dialah yang awal dan yang Akhir, yang zdohir dan yang batin, dan dia yang mengetahui segala sesuatu.(Qs: Al-Hadid(57)3).
  2. Tidak ada satupun yang menyerupainya
    لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
    Artinya:”Tidak ada satupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang maha mendengar lagi maha melihat.(Qs: Assyura(42)11).

4.Bukti Rasional

             Bukti dan petunjuk yang menunjukan keberadaan Allah adalah petunjuk rasional. Hal ini dapat di buktikan dengan teori sebab-akibat (kuasatitas). Teori itu mengatakan bahwa segala apapun yang terjadi pasti ada penyebabnya. Logika mengatakan disana ada penyebab pertama dan utama yang mulai sebab-sebab akibat (causa prima) itu. Ia adalah sesuatu yang keberadaan nya bukan di sebabkan oleh sesuatu yang lain. Zat yang seperti itulah, Tuhan dalam akidah islam. Dan Dia-lah Allah yang Maha Esa, yang berdiri sendiri, tidak bergantung kepada apa dan siapa pu, tidak beranak dan pila di peranakkan. Keyakinan bahwa tuhan bersifat demikian, di kukuhkan oleh kitab suci,

Katakanlah ,”Dia-lah Allah, yang Maha Esa, Allah adalah tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula di peranakan, dan tidak ada seseorang pun yang setara dengan Dia.”(Al-Ikhlas[112]:1-4).








BAB III

Penutup

A.Kesimpulan

            Kita bisa mengambil kesimpulan materi diatas, bahwa dalam mengenal Allah, kita di tuntut menjadi seorang yang beramal sholeh. Allah sangat menyayangi hambanya yang senantiasa selalu mengingat-Nya, Allah menjanjikan surga, keridhoan, keberkahan, kemerekaan serta kemulyaan di dalam hidup kita.

            Mengenal Allah yang benar adalah dengan menimbulkan rasa malu, cinta dan rasa takut kepada-Nya. Yang disebut malu karena merasa membawa beban dosa. Cinta yaitu rindu untuk menghadap Allah dan senang memperoleh pahala-Nya. Dan takut kepada Allah adalah takut terkena siksa-Nya. Jika hal tersebut telah timbul di dalam hati kita. Insya Allah kita telah mampu mengenal Allah dengan cinta.

            Untuk itu sebelum kita mengenal Allah alangkah baiknya kalau kita membersihkan hati kita dari berbagai penyakit, yang membuat hati kita menjadi petang atau gelap. Hanya dengan cara itulah kita bisa mengerti apa rahasia-rahasia yang selama ini tidak kita ketahui, .






Daftar Pustaka

Jasiman, Lc.2002,Mengenal dan Memahami Islam,PT Era Adicitra Intermedia.

Ali Muakhir,2008,Mengenal Allah,PT Tiga Serangkai.

Gazalba,sidi,1972,Ilmu Islam l.Bulan Bintang.


Sabiq, Sayid.2002. Aqidah Islam.Bandung:Penerbit Diponorogo.



[1]
[2] Jasiman, Lc.Mengenal dan Memahami Islam............Hlm105

No comments:

Post a Comment