TEORI EKOLOGI
Teori ekologi berbeda dengan teori yang lain. Teori ekologi
menempatkan tekanan yang kuat pada landasan perkembangan biologis. Teori
ini mengajukan suatu pandangan bahwalingkungan sangat kuat mempengaruhi
perkembangan. Teori ekologi ( ecological theory)ialah pandangan sosio kultural
tentang perkembangan yang terdiri dari lima sistemlingkungan mulai dari masukan
interaksi langsung dengan agen-agen sosial (social agent)yang berkembang baik
hingga masukkan kebudayaan yang berbasis luas. Kelima sistemdalam teori ekologi
bronfenbrenner ialah mikrosistem, mesosistem, ekosistem, makrosistem,dan
kronosistem.
Mikrosistem (micrisystem) dalam teori ekologi Bronfebrenner ialah
setting dalam manaindividu hidup. Mikrosistem adalah yang paling dekat dengan
pribadi anak yaitu meliputikeluarga, guru, individu, teman-teman sebaya,
sekolah, lingkungan dan sebagainya yangsehari-hari ditemui anak. Dalam
mikrositem inilah interaksi yang paling langsung denganagen-agen sosial
berlangsung, misalnya; dengan orang tua, teman sebaya dan guru. Individutidak
dipandang sebagai penerima pengalaman yang pasif dalam setting ini, tetapi
sebagaiseseorang yang menolong membangun setting. Bronfrenbrenner menunjukkan
bahwakebanyakan penelitian tentang dampak-dampak sosiokultural berfokus pada
mikrosistem.
Mesosistem adalah interaksi antar faktor-faktor dalam sistem mikro
meliputi hubungan antara beberapa mikrosistem atau beberapa konteks misal
hubungan orangtua-guru, orangtua-teman,antar teman, gru-teman, dapat juga
hubungan antara pengalaman sekolah dengan pengalamankeluarga, pengalaman
sekolah dengan pengalaman keagamaan dan pengalaman keluargadengan pengalaman
teman sebaya. Misalnya anak-anak yang orang tuanya menolak merekadapat
mengalami kesulitan mengembangkan hubungan positif dengan guru.
Paradevelopmentalis semakin yakin pentingnya mengamati perilaku dalam setting
majemuk untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang perkembangan
individu.
Eksosistem dalam teori Bronfenbrenner dilibatkan ketika
pengalaman-pengalaman dalamsetting sosial lain – dimana individu tidak memiliki
peran yang aktif – mempengaruhi apayang individu alami dalam konteks yang
dekat. Atau sederhananya menurut eksosistemmelibatkan pengalaman individu yang
tak memiliki peran aktif di dalamnya. Misalnya, pengalaman kerja dapat
mempengaruhi hubungan seorang perempuan dengan suami dananaknya. Seorang ibu
dapat menerima promosi yang menuntutnya melakukan lebih
banyak perjalanan yang dapat meningkatkan konflik perkawinan dan
perubahan pola interaksi orangtua-anak. Maka diketahui bahwa eksosistem tidak
langsung menyentuh pribadi anak akantetapi masih besar pengaruhnya seperti
koran, televisi, dokter, keluarga besar, dll.
Makrosistem meliputi kebudayaan dimana individu hidup. Kita ketahui
bahwa kebudayaanmengacu pada pola prilaku, keyakinan, dan semua produk lain
dari sekelompok manusiayang diteruskan dari generasi ke generasi. Kita ketahui
pula bahwa studi lintas budaya – perbandingan antara satu kebudayaan
dengan satu atau lebih kebudayaan lain – memberiinformasi tentang generalitas
perkembangan. Makrosistem terdiri dari ideologi negara, pemerintah,
tradisi, agama, hukum, adat istiadat, budaya, dll.
Kronosistem meliputi pemolaan peristiwa-peristiwa sepanjang
rangkaian kehidupan dankeadaan sosiohistoris. Misal, dalam mempelajari dampak
perceraian terhadap anak-anak, para peneliti menemukan bahwa dampak
negatif sering memuncak pada tahun pertama setelah percaraian. Atau dengan
mempertimbangkan keadaan sosiohistoris, dewasa ini, kaum perempuan
tampaknya sangat didorong untuk meniti karier dibanding pada 20 atau 30 tahun
lalu.
Teori ekologi ini mempelajari interelasi antar manusia dan
lingkungannya. Ada 4 (empat)struktur dasar dalam konsep tersebut, yaitu sistem
mikro, meso, exo dan makro(Bronfenbrenner dalam Berns, 1997). Sistem mikro
adalah keluarga dan hubungan antaraanggota keluarga. Apabila anak menjadi lebih
besar dan bersekolah maka ia berada dalamsistem meso. Sistem exo adalah setting
di mana anak tidak berpartisipasi aktif tetapi terkena pengaruh berbagai
sistem seperti pekerjaan orang tua, teman dan tempat kerja orang tua
serta berbagai lingkungan masyarakat lain. Sistem makro berbicara tentang
budaya, gaya hidupdan masyarakat tempat anak berada. Semua sistem tersebut
saling pengaruhmempengaruhidan berdampak terhadap berbagai perubahan dalam
perkembangan anak. Oleh karena itu,seluruh komponen sistem berpengaruh terhadap
pengasuhan (nurturing) dan pendidikan anak secara holistik (Berns, R.M,
1997, 4 ed). Paradigma baru dalam pendidikan anak usia dinimenekankan pada
penanganan nurturing oleh semua pihak berkenaan dengan pertumbuhkembangan
anak yang bersifat keutuhan jamak yang unik dan terarah.
Dalam perkembangannya, anak mempunyai berbagai kebutuhan, yang perlu
dipenuhi, yaitukebutuhan primer yang mencakup pangan, sandang, dan ‘papan’ ;
serta kasih sayang, perhatian, rasa aman, dan penghargaan terhadap dirinya
sebagaimana teori kebutuhan dariMaslow (1978). Terpenuhinya kebutuhan tersebut
akan memungkinkan anak mendapat peluang mengaktualisasikan dirinya, dan
hal ini dapat menghadirkan pelatuk untuk mengembangkan seluruh potensi
secara utuh. Pemenuhan kebutuhan dalam perkembanganini banyak tergantung dari
cara lingkungan berinteraksi dengan anak-anak. Perkembangananak ditentukan oleh
berbagai fungsi lingkungan yang saling berinteraksi dengan individu,melalui
pendekatan yang sifatnya memberikan perhatian, kasih sayang dan peluang
untuk mengaktualisasikan diri sesuai dengan taraf dan kebutuhan
perkembangannya(Developmentally Appropriate Practice, Horowitz, dkk. 2005).
Senada dengan Bronfenbernner, Hawlwy dalam Himmam &
Faturochman,1994mengungkapkan bahwa perilaku manusia merupakan bagian dari
kompleksitas ekosistemdengan beberapa asumsi dasar sebagai berikut :
1. Perilaku manusia terkait dengan konteks lingkungan
2. Interaksi timbal balik yang menguntungkan antara manusia dengan
lingkungan
3. Interaksi manusia dengan lingkungan bersifat dinamis
4. Interaksi manusia dengan lingkungan terjadi dalam berbagai level
dan tergantung pada fungsinya.
No comments:
Post a Comment