MENGENAL ALLAH
Di Susun Guna Memenuhi Tugas Study Islam
Dosen Pengampu:
Ida Nurul Farida, M.Pd.
Oleh:
Syifa Fitri Choirulloh (23010150064)
Ir’addin
(23010150067)
M.Ainnu Rofiq (23010150073)
Samsul Ma’ari f (23010150070)
M.Amar Syahid
(23010150045)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN ISLAM (PAI)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI
SALATIGA
2015
BAB I
A.Latar Belakang
Tak
kenal maka tak sayang, demikian bunyi pepatah. Banyak orang mengenal Allah,
akan tetapi pernahkah kita mengukur sejauh mana pengetahuan dan pengenalan kita
kepada-Nya? Cukupkah mengenalnya dengan mengetahui dan menghafal nama-nama dan
sifat-sifat-Nya? Mengetahui dan menghafalnya merupakan sebagian dari pengenalan
kita kepada Allah, akan tetapi ada yang lebih penting, yaitu apa dan bagaimana
sikap kita terkait dengan nama dan sifat itu.
Lalu bagaimana kita dapat mengenali Allah
dengan sebenar benar nya? Pengenalan yang sesungguhnya adalah apabila
pengetahuan kita tentang sifat-sifat dan nama-nama Allah itu kemudian di
barengi dengan penyikapan yang benar dan proporsional.
Mengenali
Allah menjadi sangat penting karena banyak sekali dalil sangat kuat yang telah
membuktikan keberadaan,sifat-sifat, dan nama-nama-Nya, baik dalil naqli, dalil
aqli maupun dalil fitri yang tak terbantahkan. Kalau dalil-dalil yang
menunjukan keberadaan dan kekuasaan-Nya demikian banyak dan kuat, berarti kita
ketinggalan informasi bila masih belum mengenal-Nya.
Dan manfaat yang kita rasakan dengan mengenal
Allah itu adalah di akhirat, di mana kita akan mendapatkan surga dan
keridhaan-Nya. Tidak ada suatu kenikmatan yang sebanding apalagi melebihi
kenikmatan di akhirat itu. Yaitu ketika seorang hamba dimasukkan kedalam surga
dan mendapatkan keridhaan Allah swt.
Semoga kita termasuk orang-oran yang mengenal Allah dengan baik, supaya
kehidupan kita lebih baik dan pada akhirnya kita mendapatkan kebaikan di dunia
dan akhirat di bawah naungan rahmat dan ridho-Nya, Amin.
B.Rumusan Masalah
1.Bagaimana cara mengenal Allah ?
2.Apa saja hal-hal yang menghalangi makrifatullah ?
3.Apa bukti keberadaan Allah ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.Cara Mengenal Allah
Makrifatullah adalah bahasa arab yang terdiri
dari dua kata, yaitu Makrifat dan Allah. Makrifat berarti mengetahui, mengenal.
Mengengenal Allah yang di ajarkan kepada Manusia adalah mengenal melalui hasil
penciptaannya bukan melalui zat Allah. Karena akal kita memiliki keterbatasan
untuk memahami seluruh ilmu yang ada di dunia ini, apalagi zat Allah.
Makrifatullah
merupakan ilmu tertinggi yang harus di pahami oleh manusia. Hakikat ilmua
adalah memberikan keyakinan kepada orang yang mendalamiya. Memahami
makrifatullah juga akan mengeluarkan manusia dari kegelapan, kebodohan, kepada
cahaya yang terang yaitu keimanan. (Qs : Al-luqman(31):18).
Apabila
pengaruh positif dari mengenal Allah diketahui, tentu manusia akan
berlomba-lomba untuk mengenal-Nya lebih jauh. Karena itu, orang yang beriman
selalu berusaha mengenali tuhannya secara baik. Namun Allah itu bersifat gaib
dan tidak terjangkau oleh indra kita, sehingga upaya untuk mengenal-Nya lebih
jauh dari itu tidak dapat di lakukan secara baik, jika hanya mengandalkan
pengamatn indrawi. Lantaran kegaiban, kesempurnaan, dn keagungan-Nya melalui
ayat-ayat-Nya. Adapun ayat-ayat atau tanda-tanda keberadaan, keagungan, dan
kekuasaan Allah itu, secara global dapat di klasifikasikan menjadi dua bagian
yaitu ayat-ayat qauliyah (ucapan), berupa firman-firman-Nya dalam kitab suci
yan telah di wahyukan kepada para nabi dan rosul, dan ayat-ayat kauniyah
(fenomena alam), yaitu tanda-tanda kekuasaan-Nya yang terbesar di alam semesta
ini.
Menurut
pendapat Syeikh Ahmad Arifin berpendapat bahwa setiap yang ada pasti dapat di
kenal, dan hanya yang tidak ada yang tidak bisa di kenal. Karena Allah adalah
zat yang wajib al-wujud yaitu zat yang wajib adanya, tentulah Allah
dapat di kenal, dan kewajiban pertama bagi setiap muslim adalah mengenal kepada
yang di sembahnya, barulah ia beruat ibadah sebagai mana sabda nabi:
أَوَلُ الدِّيْنِ مَعْرِفَةُ اللهِ
Artinya:
“Pertama sekali di dalam Aganma adalah mengenal Allah”
Kenalilah dirimu sebagaimana sabda nabi
Muhammad:
مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ وَمَنْ عَرَفَ رَبَّهُ
فَسَدَ جَسَدَهُ
Artinya: Barang siapa yang mengenal
dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya dan barang siapa mengenal Tuhannya maka
binasalah (fana) dirinya.
Lalu
dari mana yang wajib kita kenal? Sesungguhnya diri kita terbagi dua. Sebagai
firman Allah dalam surat Luqman ayat 20:
وَأَسْبَغَ عَليْكُمْ نِعَمَهُ ظَهِرَةً وَبَاطِنَةً
Artinya: Dan Allah telah menyempurnakan
bagimu nikmat zhahir dan nikmat batin.
Jadi dari berdasarka ayat di atas, diri kita
terbagi menjadi dua:
- Diri zhahir yaitu diri yang dapat dilihat oleh mata dan bisa diraba oleh tangan.
- Diri batin yaitu yang tidak dapat di pandang oleh mata dan tidak dapat di raba oleh tangan, tetapi dapat di rasakan oleh mata hati. Adapun dalil mengenai terbaginya diri manusia karena sedmikian pentingnya peran diri yang batin inidi dalam upaya untuk memperoleh pengenalan kepada Allah, itulah sebabnya kenapa kita di suruh melihat kedalam diri (introspeksi diri) sebagaimana firman Allah dalam surat az-zariyat 21:وَفِى اَنْفُسِكُمْ اَفَلاَ تُبْصِرُوْنَArtinya: Dan di dalam diri kamu apakah kamu tidak memperhatikannya.
Allah memerintahkan kepada manusia untuk
memperhatikan kedalam dirinya di sebabkan karena didalam diri manusia itu Allah telah
menciptakan sebuah mahligai yang mana di dalamnya Allah telah menanamkan
rahasia-Nya. Sebagaimana sabda nabi dalam hadist hudsi:
بَنَيْتُ فِى جَوْفِ اِبْنِ آدَمَ قَصْرًا وَفِى الْقَصْرِ صَدْرً
وَفِى الصَّدْرِ قَلْبًا وَفِى الْقَلْبِ فُؤَادً وَفِى الْفُؤَادِ شَغْافًا وَفِى
الشَّغَافِ لَبًّا وَفِى لَبِّ سِرًّا وَفِى السِّرِّ أَنَا (الحديث القدسى)
Artinya: “Aku jadikan dalam rongga anak
adam itu mahligai dan dalam mahligai itu ada dada dan dalam dada itu ada hati
(qolbu) namanya dan dalam hati(qolbu) ada mata hati (fuad) dan dalam mata hati
(fuad) itu ada penutup mata hati (saghaf) dan di balik penutup mata hati
(saghaf) itu ada nur/cahaya (labban), dan di dalam nur/cahaya (labban) ada
rahasia (sirr) dan di dalam rahasia (sirr) itulah Aku kata Allah”.(Hadist
Qudsi).
Bagaimanakah
maksud hadis ini? Tanyalah kepada Ahlinya, yaitu ahli zikir, Sebagaimana firman
Allah dalam surat An-nahl ayat 43:
فَاسَئَلُوْا أَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ
لاَتَعْلَمُوْنَ
Artinya: Tanyalah kepada Ahli dzikrullah
(Ahlu Sufi) kalau kamu benar-benar tidak tahu.
Karena Allah itu ghaib, maka perkara ini
termasuk, perkara yang dilarang untuk menyampaikannya dan haram pula di paparkan kepada yang bukan ahlinya (orang
awam), sebagaimana dikatakan para sufi:
وَلِلَّهِ مَحَارِمٌ فَلاَ تَهْتَكُوْهَا
Artinya:
Bagi Allah itu ada beberapa rahasia yang di haramkan membukannya kepada yang
bukan Ahlinya.
Oleh
karena itu, agar kita dapat mengenal Allah, maka kita harus mempunyai
pembimbing rohani atau mursyid. Tentang ini Abu Ali ats-Tsaqafi
berkata,”Seandainya seseorang mempelajari jenis ilmu dan berguru kepada banyak
ulama, maka dia tidak sampai ketingkat para sufi kecuali dengan melakukan
latihan-latihan spiritual bersama seorang syeikh yang memiliki akhlak luhur dan
dapat memberinya nasehat-nasehat.
B.Hal-Hal yang Menghalangi Makrifatullah
Mengenal
Allah atau makrifatullah akan sangat menentukan kesalehan dan kebaikan seseoran
di dunia maupun di akhirat. Kebaikan dan kesalehanya berbanding lurus dengan
tingkat pengenalanya kepada Allah itu. Semakin mengenal Allah, semakin ssaleh
dan semakin baik amal seseorang. Sebaliknya, semakin buruk amal seseorang, itu
menunjukan bahwa ia tidak mengenal tuhanya dengan baik.
Imam
Ibnu Qayyim dalam kitab Al-Fawa’id mengatakan bahwa apabila seoran hamba telah
bertekat untuk mengenal Allah, mendekat kepada-Nya, dan mengikuti kehendaknya,
ia akan digoda dan dihadang oleh berbagai tipu daya dan penghalang, sehingga di
awal perjalanannya, ia akan terhambat dan tertipu oleh berbagai kesenangan,
kekuasaan, kelezatan, pakaian, nafsu, dan sejenisnya. Ulama yan sangat terkenal
dengan karya-karya ilmiyah ini kemudian berkata:
“Bila
dilihat dari sumber dan penyebabnya, hal-hal yang menghalangi makrifatullah itu
ada dua macam: Pertama, Syahwat, atau penyakit-penyakit nafsu, yaitu
penyakit-penyakit yang kaitannya dengan hati, seperti nafsu dan kesenangan. Kedua:
Syubuhat atau penyakit-penyakit intelektual, yaitu informasi-informasi yang
dan pikiran yan menimbulkan keraguan. Apabila seseorang terjangkiti oleh
penyakit-penyakit itu, akan sulit baginya untuk mengenal tuhanya.”
Sesungguhnya
Allah swt, sangat dekat dengan diri manusia, bahkan lebih dekat dari urat
lehernya, tetapi kenapa terasa jauh dan sulit untuk mengenalnya, karena di
dalam diri manusia ada dinding yang tebal, dan berikut ada hal-hal yang
mengalang-halangi kita mengenal Allah
Antara lain:
- Al kibr (Kesombongan), seperti yang telah di sebutkan di dalam Alqur’an yaitu ( Qs : 25 : 21 )
- Sombong disini adalah sombong yang dapat menghalangi kita dari makrifatullah yaitu ketika kita menolak kebenaran dan mremehkan orang lain.
- Penyakit syahwah (penyakit hati) yang mnghalangi pengenalan kita kepada Allah adalah
- Al-fisq (kefasikeran) lawan dari al-adalah (keadilan), al adala dan alfasiq berkaitan dengan kredibitas moral. Orang yang adil dalam kortek ini adalah orang yang tidak tercela. Orang fasiq adalah orang yang ternoda kehormatan, harga diri, kewibawaan serta kredibilitas moral dan sosialnya akibat kemaksiatan yang ia lakukan
- Taklid buta (sikap meniru tanpa berpikir), ( Qs :2:166-167)
- Keras kepala dan menantang ( Qs: 22:8-9)
- Bersandar pada panca indra ( Qs: 2-55)
- Dusta ( Qs: 7:176)
- Ragu-ragu ( Qs: 6:109-110).
- Tanda-tanda dan indikasi penyakit ini adalah apabila seseorang tidak menampakkan identitas dan kepribadian yang jelas, apakah agama dan keyakinannya, apakah ia muslim atau non-Muslim, karena tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan keyakinan dan keislaman.
- Banyak berbuat maksiat atau (Al-Ma’ashi) lawan dari ketaatan.
- Orang yang bermaksiat adalah orang yang tidak melanggar batas-batas hukum Allah. Namun bagaimana juga, Allah akan mengampuni dosanya sebelum matahari belum terbit dari barat. Dia Allah swt. Maha pengampu lagi mahapenyayang.
- Yang terakhir adalah Al-jahl (kebodohan). Karena itu, islam memerangi kebodohan dan menjunjung tinggi ilmu dan ulama (orang-orang yang berilmu). Bahkan wahyu yang pertama kali turun adalah perintah untuk melakukan hal yang dapat menghilangkan kebodohan.
Penyakit-penyakit intelektual bermula dari
ketidaktahuan (kebodohan). Karena itu, penyembuhannya adalah dengan
menghilangkan firusnya, yaitu kebodohan. Kalau penyakit-penyakit hati di
berantas dengan jihad (memerangi hawa nafsu) penyakit-penyakit intelektual di
perangi dengan ilmu,membaca, belajar dan mengaji. Semoga kita dapat memerangi
nafsu kita dan tidak bosan untuk belajar dan belajar lagi, membaca dan membaca
lagi. Dengan itu iman kita akan menjadi kuat dan kokoh.[2]
C.Bukti Keberadaan Allah.
Banyak
pakar yang memperdebatkan masalah ini, banyak bahkan yang mengkaji ulang
perihal masalah yang satu ini, ilmu sekarang betul-betul telah berkembang dan
digunakan untuk menafsir, memperkirakan bahkan memberi kejelasan tentang bukti
adanya Allah, namun ketahuilah wahai sahabat ku sekalian semua itu bersumber
dari dia maha pencipta, kau kuat karena dia yang maha kuat, kau hidup karena
dia yang maha hidup, bahkan kau cerdas dan intelek semuanya tiada lain
bersumber dari-Nya. Nah oleh karena itu mari sejenak berfikir dan merenung
untuk mengingatnya, selanjutnya saya akan memberi sedikit ilmu pikir dan
pengalamannya.
Adanya
Allah swt adalah suatu yang bersifat aksiomatik (sesuatu yang kebenarannya
telah di akui). Namun, di sini akan kemukakan dalil-dalil yang menyatakan wujud
(adanya) Allah swt, untuk memberikan pengertian secara rasional. Mengimani
wujud Allah swt ,wujud Allah telah di buktikan oleh fitrah, akal, syara’ dan
indera.
1.Dalil fitrah
Manusia
diciptakan dengan fitrah bertuhan, sehingga kadangkala disadari atau tidak
naluri berketuhanannya itu akan bangkit. Firman Allah:
“Dan
(ingatlah), ketika tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):”Bukanlah
aku ini tuhanmu?”mereka menjawab:”Betul (Engkau tuhan kami), kami menjadi
saksi”. (al-A’raf:172). Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka, niscaya
mereka menjawab:”Allah”, maka dari manakah mereka dapat dipalingkan (dari
penyembah Allah), (az-Zukhruf:87).
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah,
dan sesungguhnya kedua orang tuanyalah yang menjadikannya yahudi, Nasrani atau
Majusi (HR. Al Bukhari). Ayat dan hadist tersebut menjelaskan kondisi fitrah
manusia yang bertuhan. Ketuhanan ini bisa difahami sebagai ketuhanan Islam,
karena pengakuannya bahwa Allah swt adalah Tuhan.
2.Dalil Inderawi
Bukti
inderawi tentang wujud Allah swt dapat di jelaskan melalui dua fenomena:
- Fenomena pengabulan do’aKita dapat mendengar dan menyaksikan terkabulnya do’a orang-orang yan berdo’a serta memohon pertolongan –Nya yang di berikan kepada orang-orang yang mendapat musibah. Hal ini menunjukan pasti tentang wujud Allah swt. Allah berfirman;“Dan (ingatlah kisah Nuh), sebelum itu ketika dia berdoa, dan kami memperkenankan do’anya,lalu kita selamatkan dia beserta keluarga dari bencana yang besar.”(Al Anbiya:76).Anas bin Malik Ra berkata,”Pernah ada seorang badui datang pada hari jum’at. Pada waktu nabi saw tengah berkotbah. Lelaki itu berkata “Hai Rasul Allah, harta benda kami telah habis, seluruh warga telah kelaparan. Oleh karena itu memohonkanlah kepada Allah swt untuk mengatasi kesulitan kami.” Rosulullah itu mengangkat kedua tangannya dan berdoa. Dan Tiba-tiba awan mendung bertebaran bagaikan gunung-gunung. Rosulullah belum turun dari mimbar, hujan turun membasahi jenggotnya. Pada jum’at yang kedua, orang badui atau orang lain berdiri dan berkata,”Hai Rosul Allah, bangunan kami hancur dan harta bendapun tenggelam, doakanlah akan kami ini (agar selamat) kepada Allah.”Rasulullah lalu mengangkat kedua tangan nya, seraya berdoa:’Ya Robbku,turunkanlah hujan di sekeliling kami dan jangan Engkau turunkan sebagai bencana bagi kami.”Akhirnya beliau tidak mengisyaratkan pada suatu tempat kecuali menjadi terang (tanpa hujan).
3.Dalil Naqli
Dalil Naqli
adalah dalil pembuktian akan keberadaan dengan merujuk petunjuk kitab suci.
Dengan fitrah manusia bisa mengakui adanya tuhan, dan dengan akal pikiran juga
manusia bisa membuktikannya, namun manusia perlu memerlukan dalil naqli
(Alqur’an dan Sunnah) untuk membimbing manusia kejalan yang sesungguhnya.
Dengan segala asma dan sifatnya, sebab akal dan fitrah tidak bisa menjelaskan
siapa tuhan yang sebenarnya itu.
Cukup
banyak pembahasan tentang Allah swt dalam Alqur’an dan sunnah, hanya saja di
sini dikemukakan point tentingnya saja, yaitu:
- Allah adalah Al-Awwal, yaitu tidak ada permulaan bagi wujud-Nya, dan juga Al-Akhir, yaitu tidak ada akhir dari wujudnya:هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌArtinya:” Dialah yang awal dan yang Akhir, yang zdohir dan yang batin, dan dia yang mengetahui segala sesuatu.(Qs: Al-Hadid(57)3).
- Tidak ada satupun yang menyerupainyaلَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُArtinya:”Tidak ada satupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang maha mendengar lagi maha melihat.(Qs: Assyura(42)11).
4.Bukti Rasional
Bukti dan petunjuk yang menunjukan keberadaan
Allah adalah petunjuk rasional. Hal ini dapat di buktikan dengan teori
sebab-akibat (kuasatitas). Teori itu mengatakan bahwa segala apapun yang
terjadi pasti ada penyebabnya. Logika mengatakan disana ada penyebab pertama
dan utama yang mulai sebab-sebab akibat (causa prima) itu. Ia adalah sesuatu
yang keberadaan nya bukan di sebabkan oleh sesuatu yang lain. Zat yang seperti
itulah, Tuhan dalam akidah islam. Dan Dia-lah Allah yang Maha Esa, yang berdiri
sendiri, tidak bergantung kepada apa dan siapa pu, tidak beranak dan pila di
peranakkan. Keyakinan bahwa tuhan bersifat demikian, di kukuhkan oleh kitab
suci,
Katakanlah ,”Dia-lah Allah, yang Maha Esa,
Allah adalah tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak
dan tidak pula di peranakan, dan tidak ada seseorang pun yang setara dengan
Dia.”(Al-Ikhlas[112]:1-4).
BAB III
Penutup
A.Kesimpulan
Kita
bisa mengambil kesimpulan materi diatas, bahwa dalam mengenal Allah, kita di
tuntut menjadi seorang yang beramal sholeh. Allah sangat menyayangi hambanya
yang senantiasa selalu mengingat-Nya, Allah menjanjikan surga, keridhoan,
keberkahan, kemerekaan serta kemulyaan di dalam hidup kita.
Mengenal
Allah yang benar adalah dengan menimbulkan rasa malu, cinta dan rasa takut
kepada-Nya. Yang disebut malu karena merasa membawa beban dosa. Cinta yaitu
rindu untuk menghadap Allah dan senang memperoleh pahala-Nya. Dan takut kepada
Allah adalah takut terkena siksa-Nya. Jika hal tersebut telah timbul di dalam
hati kita. Insya Allah kita telah mampu mengenal Allah dengan cinta.
Untuk
itu sebelum kita mengenal Allah alangkah baiknya kalau kita membersihkan hati
kita dari berbagai penyakit, yang membuat hati kita menjadi petang atau gelap. Hanya
dengan cara itulah kita bisa mengerti apa rahasia-rahasia yang selama ini tidak
kita ketahui, .
Daftar Pustaka
Jasiman, Lc.2002,Mengenal dan Memahami Islam,PT
Era Adicitra Intermedia.
Ali Muakhir,2008,Mengenal Allah,PT Tiga Serangkai.
Gazalba,sidi,1972,Ilmu Islam l.Bulan Bintang.
Sabiq, Sayid.2002. Aqidah Islam.Bandung:Penerbit
Diponorogo.
No comments:
Post a Comment